Sistemic Lupus Erythematosus



A.    Pengertian
      SLE (Sistemic Lupus Erythematosus) adalah penyakit radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh. (Soeparman, 1987)
Oleh terdapatnya berbagai macam autoantibody dalam tubuh, SLE merupakan prototype penyakit autoimun multisistem yang ditandai oleh munculnya sekumpulan reaksi imun abnormal yang menghasilkan beragam manifestasi klinik.

 

B.     Etiologi dan Patogenesis
      Penyebab dan patogenesis SLE masih belum diketahui dengan jelas. Namun demikian terdapat banyak bukti bahwa  patogenesis SLE bersifat multifactor, yaitu mencakup pengaruh faktor lingkungan, faktor genetik dan hormonal terhadap respon imun.
      Faktor genetik mempunyai pengaruh penting dalam kerentanan dan ekpresi penyakit. Sekitar 10%-20% pasien SLE mempunyai kerabat dekat yang juga menderita SLE. Penelitian menunjukkan bahwa banyak gen yang berperan terutama yang mengkode sistem imun seperti Gen yang mengkode reseptor sel T, Imunoglobulin dan sitokin.
      Sistem neuroendokrin ikut berperan melalui pengaruhnya terhadap sistem imun secara timbal balik. Beberapa penelitian berhasil menunjukkan bahwa pengaruh hormon prolaktin dapat merangsang respon imun.
      Faktor lingkungan yang dianggap ikut berperan ialah pajanan berlebih terhadap sinar ultraviolet dan berbagai macam infeksi

C.    Patofisiologi
      Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE, akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
      Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya merangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

D.    Manifestasi Klinis
      Gejala penyakit SLE bervariasi dari orang ke orang. Kebanyakan mengalami nyeri sendi dan bengkak, dan bisa berkembang ke arah arthritis. Sendi yang sering terkena adalah jari, tangan, pergelangan tangan, dan lutut. Selain itu penderita juga mengalami:
·      Ruam kulit, sebuah “kupu-kupu” ruam di pipi dan jembatan hidung mempengaruhi sekitar setengah dari orang dengan SLE. Ruam semakin parah di bawah sinar matahari, ruam juga dapat meluas.
·      Nyeri dada saat mengambil napas dalam
·      Kelelahan
·      Demam
·      Mengalami ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)
·      Rambut rontok
·      Luka pada mulut
·      Sensitif terhadap sinar matahari
·      Pembengkakan kelenjar getah bening

            Gejala lain tergantung pada apa bagian tubuh yang terkena:
·      Otak dan sistem saraf:  sakit kepala, mati rasa, kesemutan, kejang, masalah penglihatan, perubahan kepribadian
·      Saluran pencernaan: nyeri perut, mual, dan muntah
·      Jantung: ritme jantung abnormal (aritmia)
·      Paru-paru: batuk darah dan kesulitan bernapas
·      Kulit: warna kulit tidak merata, jari-jari yang berubah warna saat dingin (fenomena Raynaud). Sebagian penderita hanya memiliki gejala-gejala kulit. Hal ini disebut lupus discoid.
      Sementara itu menurut pedoman diagnosis SLE dari American Rheumatism Association (ARA). Diagnosis lupus adalah berdasarkan adanya 4 dari 11 gejala lupus yang khas, yaitu:
·      Ruam kupu-kupu pada wajah (pipi dan pangkal hidung)
·      Ruam pada kulit
·      Luka pada mulut (biasanya tidak menimbulkan nyeri)
·      Cairan di sekitar paru-paru, jantung, dan organ lainnya
·      Artritis (artritis non-erosif yang melibatkan 2 atau beberapa sendi perifer, dimana tulang di sekitar persendian tidak mengalami kerusakan)
·      Kelainan fungsi ginjal, dimana kadar protein dalam air kemih >0,5 mg/hari atau +++,
·      Adanya elemen abnormal dalam air kemih yang berasal dari sel darah merah/ putih maupun sel tubulus ginjal
·      Fotosensitivitas (peka terhadap sinar matahari, menyebabkan pembentukan atau semakin memburuknya ruam kulit)
·      Kelainan fungsi saraf atau otak (kejang atau psikosa)
·      Hasil pemeriksaan darah positif untuk antibodi antinuklear
·      Kelainan imunologis (hasil positif pada tes anti-DNA rantai ganda, tes anti-Sm, tes antibodi antifosfolipid; hasil positif palsu untuk tes sifilis)
·      Kelainan darah, dimana terjadi anemia hemolitik, penurunan jumlah sel darah putih (lekopenia)

E.     Penatalaksanaan Medik
·      Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai bersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.
·      Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE
·      Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun.

F.     Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
·                  Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam, keletihan serta penurunan berat badan dan kemungkinan pula artritis dan perikarditis.
·      Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan antibodi antinukleus yang positif.
·      Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung tapi tidak memastikan diagnosis.







BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN SLE

A.    Pengkajian
      Penting dilakukan Pengkajian terhadap Klien secara holistik ( Biologis, Psikologis, Sosial dan Spiritual ) untuk mendapatkan data yang lengkap dan sistematis.
      Adapun metode yang dapat dipakai dalam Proses Pengkajian yaitu :
a.  Anamnesa :
·      Alasan dirawat / Keluhan utama
·      Riwayat kesehatan dan penyakit yang lalu
·      Masalah kesehatan yang sedang dialami
·      Masalah pola fungsi sehari-hari
·      Masalah yang dirasakan beresiko atau diketahui beresiko tinggi pada klien
·      Pola emosi, konsep diri, Gambaran diri, pola pemecahan masalah
·      Masalah kebudayaan / kepercayaan, Nilai, Keyakinan
·      Hubungan sosial/keluarga, dll.
      Pemeriksaan 4 Gejala cardinal; Suhu  umumnya terjadi peningkatan suhu tubuh, Tekanan Darah akan meningkat terutama bila terdapat masalah pada ginjal.

b. Pemeriksaan Fisik
a)      Sistem Integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum. Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
b)      Kardiovaskuler
Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.



c)      Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
d)     Sistem Pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
e)      Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
f)       Sistem Renal
Edema dan hematuria.
g)      Sistem Saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang ataupun manifestasi SSP lainnya.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ulkus palatum dan lesi dimulut.
3.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun.

C.    Intervensi Keperawatan
1.      Nyeri akut  berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
Tujuan :    Perbaikan dalam tingkat kenyamanan
Rencana tindakan keperawatan :
a)    Kaji status nyeri
b)   Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres panas/dingin; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga, bidai; teknik relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian)
c)    Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri serta sifat kronik penyakitnya.
d)   Jelaskan patofisiologik nyeri dan membantu pasien untuk menyadari bahwa rasa nyeri sering membawanya kepada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.
e)    Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri.
f)    Kolaborasi dalam pemberian preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.

2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ulkus palatum dan lesi dimulut.
Tujuan : intake peroral dapat terpenuhi dan pasien tidak menunjukkan tanda-tanda gangguan kubutuhan nutrisi.
Rencana tindakan keperawatan :
a)      Kaji terhadap malnutrisi dengan mengukur tinggi dan berat badan,usia,protein, serum, albumin,hemoglobin dan pengukuran antropometri.
b)      Kaji riwayat diet termasuk makanan yang disukai dan tidak disukai serta  intoleransi makanan
c)      Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi masukan oral: kemampuan mengunyah,merasakan,menelan.
d)     Dorong pasien istirahat sebelum makan
e)      Rencanakan makan sehingga jadwal makan tidak terjadi segera setelah prosedur yang menimbulkan nyeri atau tidak enak.
f)       Beri makan sedikit tapi sering.
g)      Timbang BB sesuai kebutuhan
h)      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet kalori tinggi.

3.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun.
Tujuan : pemeliharaan integritas kulit.
Rencana tindakan keperawatan :
a)      Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi                                 
b)      Hilangkan kelembaban dari kulit
c)      Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya cedera termal akibat penggunaan kompres hangat yang terlalu panas.
d)     Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid.



D.    Implementasi
1.      Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
a)      Mengkaji status nyeri
b)      Melaksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres panas/dingin; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga, bidai; teknik relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian)
c)      Mendorong pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri serta sifat kronik penyakitnya.
d)     Menjelaskan patofisiologik nyeri dan membantu pasien untuk menyadari bahwa rasa nyeri sering membawanya kepada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.
e)      Melakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri.
f)       Berkolaborasi dalam pemberian preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.

2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ulkus palatum dan lesi dimulut.
a)      Mengkaji terhadap malnutrisi dengan mengukur tinggi dan berat badan,usia,protein, serum, albumin,hemoglobin dan pengukuran antropometri.
b)      Mengkaji riwayat diet termasuk makanan yang disukai dan tidak disukai serta  intoleransi makanan
c)      Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi masukan oral: kemampuan mengunyah,merasakan,menelan.
d)     Mendorong pasien istirahat sebelum makan
e)      Merencanakan makan sehingga jadwal makan tidak terjadi segera setelah prosedur yang menimbulkan nyeri atau tidak enak.
f)       Memberi makan sedikit tapi sering.
g)      Menimbang BB sesuai kebutuhan
h)      Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk diet kalori tinggi.
3.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun.
a)      Melindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi                                 
b)      Menghilangkan kelembaban dari kulit
c)      Menjaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya cedera termal akibat penggunaan kompres hangat yang terlalu panas.
d)     Berkolaborasi dalam pemberian NSAID dan kortikosteroid.

E.     Evaluasi
1.      Nyeri berkuarang/hilang
2.      Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3.      Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
Seorang pembaca yg bercita-cita ingin jadi penulis ����

Followers